Kamis, 20 Maret 2014

Teknik Khusus dalam Konseling


Teknik Khusus dalam Konseling

Teknik ini hanya dilakukan oleh orang2 yang sudah ahli atau terlatih
Dalam konseling, disamping menggunakan keterampilan-keterampilan dasar atau teknik-teknik umum, seperti yang telah diuraikan di atas, dalam hal-hal tertentu dapat menggunakan teknik-teknik khusus. Teknik khusus ini dikembangkan dari berbagai pendekatan atau teori konseling, seperti : 
1. Behaviorisme,
2. Rational Emotive Threrapy,
2. Gestalt, dan lainnya. 
Berikut ini merupakan beberapa teknik khusus dalam wawancara konseling.

1.      Latihan Arsetif

Teknik ini digunakan untuk klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar, Latihan ini bermanfaat untuk membantu konseli yang tidak mempu mengungkapkan perasaan yang sesungguhnya ia rasakan.Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor.

2.      Disensitisasi Sistematis

Disensitisasi sistematis merupakan teknik konseling Behavioral yang memfokuskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan atau mengajak klien untuk rilek. Esensi teknik ini adalah untuk menghilangkan perilaku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi disensitisasi sistematis pada hakekatnya merupakan teknik rileksasi yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat

Secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan.

3.      Pengkondisian Aversi

Teknik ini dapat digunaklan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disinerginkan dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut deberikan bersamaan deng munculnya perilaku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara perilaku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.

4.      Pembentukan Perilaku Model

Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk perilaku baru pada klien dan memperkuat perilaku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada klien tentang perilaku model, dapat digunakan audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis perilaku yang hendak dicontoh.

5.      Permainan Dialog

Teknik ini digunakan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogkan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog. Misalnya kecenderungan bertanggung jawab dengan kecenderungan masa bodoh. Pada akhirnya klien akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil keputusan dan resiko. Penerapan teknik dialog ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknik “kursi kosong”

6.      Latihan “Saya Bertangggung Jawab Atas…”

Latihan ini dimaksudkan untuk membantu klien agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya kepada orang lain.

7.      Bermain proyeksi

Proyeksi :

·         Memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihatnya atau menerimanya

·         Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara memantulkannya kepada orang lain.

Sering terjadi perasaan-perasaan yang dipantulakan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya. Perasaan-perasaan tersebut dikenal sebagai bentuk mekanisme pertahanan ego. Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk mencoba atau melakukan hal-hal yang diproyeksikan orang lain.

8.      Teknik Pembalikan

Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.

9.      Tetap pada Perasaan

Teknik ini digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan atau sangat ingin menghindari perasaan tersbut. Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan pada perasaan yang ingin dihindarinya itu.

10.  Pemberian Tugas Rumah ( Home work assignment)

Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk mengarahkan diri, mengolah diri klien dan mengurangi ketergantungan kepada konselor. Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola perilaku yang diharapkan. Adapun tujuan pemberian tugas rumah ini, yaitu untuk mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan dan untuk menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis.

11.  Imitasi

Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model perilaku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang bersifat negatif. Teknik ini efektif diterapkan kepada koseli yang memiliki kebiasaan negatif yang sering kali muncul dalam keseharian klien tanpa disadarinya.

12.  Bermain Peran

Teknik ini untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan perasaan-perasaan negatif melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara beebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.

13.  Teknik Kursi Kosong (Empty Chair)

 Teknik ini untuk membantu klien yang mengalami masalah berkenaan dengan terhambatnya komunikasi dengan orang lain, permasalahan yang dimaksudkan adalah ketidak beranian/ ketidak sanggupan klien untuk berhadapan denga orang yang dimaksudkan. Melalui teknik ini klien dilatihkan tentang cara berhadapam dan berkomunikasi dengan seseorang dengan memanfaatkan media kursi kosong. Adapun tujuan dari penggunaan teknik ini, yaitu:

a.       Mengatasi masalah klien khususnya cara komunikasi klien dengan menggunakan media kursi kosong.

b.      Mengatasi masalah klien yang menyangkut hubungan klien dengan orang lain.

c.       Klien mampu berkomunikasi dengan baik sehingga masalahnya terentaskan.

Sumber : http://homecounseling.weebly.com/teknik-dan-keterampilan-konseling.html

Gambar : http://itsarbolo.files.wordpress.com/2012/06/counseling-oke.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ARTIKEL APA YANG ANDA INGINKAN