Kamis, 13 Maret 2014

Perubahan Perilaku Anak yang Depresi





Sumber gambar : http://www.sehataja.com/wp-content/uploads/2013/07/Hati-Hati-Gejala-Depresi-pada-Anak-1-300x206.jpg

DEPRESI pada masa anak-anak sering sulit dideteksi. Itu disebabkan saat usia prasekolah, superego anak belum berkembang. Anak pun kerap kali mengalami kesulitan untuk menceritakan pengalamannya, bahkan menyatakan perasaannya. Entah itu ketika mereka sedang merasa marah, sedih, kecewa, ataupun putus asa.


Dokter Yunias Setiawati SpKJ dari RSUD dr Soetomo Surabaya mengatakan, gejala depresi pada anak sebenarnya berupa cry for help terhadap orang tua. Namun, karena anak kerap menampilkan perilaku negatif, orang tua dan guru merasa kesal.

Karena itu, alih-alih mendapat pertolongan, anak malah sering mendapat hukuman. "Tentu saja ini akan memperparah kondisi depresinya. Juga berdampak pada tumbuh kembang anak," jelas spesialis kedokteran jiwa itu.

Yunias menjelaskan, gejala depresi pada anak sering kali terselubung. Karena itu, jika ada beberapa gejala seperti perubahan perilaku, orang tua lebih baik mengantisipasi. Misalnya, anak menjadi semakin hiperaktif, impulsif, menentang, berkata-kata kasar, marah, murung, menyendiri, melamun, mudah menangis, dan cengeng.

Perubahan lain adalah terjadi penurunan prestasi di sekolah. Termasuk mengalami psikosomatis, yaitu anak sering mengeluh sakit kepala, sakit perut, dan muntah. Padahal, saat diperiksakan, tidak ada penyakit yang menyertainya. Hal itu terjadi lantaran anak merasa stres.

Ada dua manifestasi depresi pada anak. Pertama, anak menjadi lebih tertutup, sulit berkomunikasi, dan bersosialisasi. Kedua, anak menjadi agresif, nakal, keras kepala, dan pembangkang. "Dua hal itu sebagai mekanisme kompensasi terhadap stressor ataupun depresi yang dihadapi anak," jelasnya.

Depresi dibedakan menjadi dua. Depresi ringan yang bisa sembuh dengan perjalanan waktu. Depresi berat memerlukan penanganan terpadu yang meliputi terapi farmakologi akibat ketidakseimbangan neurotransmitter di otak.

Juga penanganan psikososial untuk meningkatkan mekanisme pertahanan ego yang adaptif dalam menyelesaikan permasalahan. Termasuk bimbingan dan penyuluhan terhadap orang tua untuk memperbaiki pola interaksi dengan anak. Pada anak dan remaja, dapat diberikan terapi kognitif dengan tujuan untuk menghilangkan pikiran negatif pada anak. Sebaliknya, bisa timbul pikiran positif sehingga anak dapat mengatasi permasalahan dengan lebih baik.

Yang lebih parah, anak dengan orang tua pengidap depresi cenderung berisiko lebih dini untuk mengalami depresi. Gejala atau depresi yang dialami anak lebih berat jika dibandingkan dengan anak yang memiliki orang tua normal. Karena itu, orang tua harus menjaga psikologisnya dengan baik supaya tidak mengalami stres atau depresi. (kit/c6/ayi)

Sumber :  http://www.jpnn.com/read/2014/02/17/216914/Perubahan-Perilaku-Tandai-Depresi-Anak-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ARTIKEL APA YANG ANDA INGINKAN