Sumber gambar : http://www.sehataja.com/wp-content/uploads/2013/07/Hati-Hati-Gejala-Depresi-pada-Anak-1-300x206.jpg
DEPRESI pada masa
anak-anak sering sulit dideteksi. Itu disebabkan saat usia prasekolah,
superego anak belum berkembang. Anak pun kerap kali mengalami kesulitan
untuk menceritakan pengalamannya, bahkan menyatakan perasaannya. Entah
itu ketika mereka sedang merasa marah, sedih, kecewa, ataupun putus asa.
Dokter Yunias Setiawati SpKJ dari RSUD dr Soetomo Surabaya
mengatakan, gejala depresi pada anak sebenarnya berupa cry for help
terhadap orang tua. Namun, karena anak kerap menampilkan perilaku
negatif, orang tua dan guru merasa kesal.
Karena itu, alih-alih mendapat pertolongan, anak malah sering mendapat hukuman. "Tentu saja ini akan memperparah kondisi depresinya. Juga berdampak pada tumbuh kembang anak," jelas spesialis kedokteran jiwa itu.
Yunias menjelaskan, gejala depresi pada
anak sering kali terselubung. Karena itu, jika ada beberapa gejala
seperti perubahan perilaku, orang tua lebih baik mengantisipasi.
Misalnya, anak menjadi semakin hiperaktif, impulsif, menentang,
berkata-kata kasar, marah, murung, menyendiri, melamun, mudah menangis,
dan cengeng.
Perubahan lain adalah terjadi penurunan
prestasi di sekolah. Termasuk mengalami psikosomatis, yaitu anak sering
mengeluh sakit kepala, sakit perut, dan muntah. Padahal, saat
diperiksakan, tidak ada penyakit yang menyertainya. Hal itu terjadi
lantaran anak merasa stres.
Ada dua manifestasi depresi pada anak.
Pertama, anak menjadi lebih tertutup, sulit berkomunikasi, dan
bersosialisasi. Kedua, anak menjadi agresif, nakal, keras kepala, dan
pembangkang. "Dua hal itu sebagai mekanisme kompensasi terhadap stressor
ataupun depresi yang dihadapi anak," jelasnya.
Depresi dibedakan menjadi dua. Depresi
ringan yang bisa sembuh dengan perjalanan waktu. Depresi berat
memerlukan penanganan terpadu yang meliputi terapi farmakologi akibat
ketidakseimbangan neurotransmitter di otak.
Juga penanganan psikososial untuk
meningkatkan mekanisme pertahanan ego yang adaptif dalam menyelesaikan
permasalahan. Termasuk bimbingan dan penyuluhan terhadap orang tua untuk
memperbaiki pola interaksi dengan anak. Pada anak dan remaja, dapat
diberikan terapi kognitif dengan tujuan untuk menghilangkan pikiran
negatif pada anak. Sebaliknya, bisa timbul pikiran positif sehingga anak
dapat mengatasi permasalahan dengan lebih baik.
Yang lebih parah, anak dengan orang tua
pengidap depresi cenderung berisiko lebih dini untuk mengalami depresi.
Gejala atau depresi yang dialami anak lebih berat jika dibandingkan
dengan anak yang memiliki orang tua normal. Karena itu, orang tua harus
menjaga psikologisnya dengan baik supaya tidak mengalami stres atau
depresi. (kit/c6/ayi)
Sumber : http://www.jpnn.com/read/2014/02/17/216914/Perubahan-Perilaku-Tandai-Depresi-Anak-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar